Go Back
Kak bum, kalo boleh berbagi tips, ada nggak cara berkomunikasi/menjalin hubungan yg sehat dgn orang aromantic/aual? Meskipun aku adalah orang yg kurang bergairah thdp ualitas tp aku memandang diriku sbg orang yg romantis dan sweet person sedangkan partnerku adalah aromantic. Thankyou kak :)
Submit

Itu aja dariku, semoga bisa membantu dan bisa dimengerti (bahasaku kadang suka njelimet--maaf). Have a good day!

Yang ketiga, ego perlu dipinggirkan dan melihat satu sama lain dengan compassion/kasih sayang. Aku ingin kasih contoh satu hal dari bapakku yang dingin dan tidak affectionate kepada istri atau anaknya. Tapi komitmen, cinta, dan tanggung jawab beliau sebagai suami dan kepala keluarga adalah dengan bekerja keras. Kami tidak pernah tidak bisa makan, tidak pernah telat bayar sekolah, dan kami semua bisa lulus kuliah minimal S1 tanpa perlu mencari uang sendiri. Bahkan hingga kami mandiri semua sekarang, bapak ibu kami tidak pernah merepotkan kami dengan meminta uang atau beban materi lainnya. Tentu semua orang punya kekurangannya, tapi kasih berarti tidak melihat orang tersebut dari satu sisi saja. Tapi melihatnya sebagai satu kesatuan utuh dengan segala sisinya. Melihat, menerima, lalu menyayanginya sebagaimana adanya. Karena kitapun ingin cinta yang seperti itu bukan? Dilihat, diterima, dan disayangi dengan apa adanya diri kita.

Yang kedua, sah mengetahui kebutuhan dan batasan satu sama lain, tentukan nilai (value) yang menjadi dasar relasi kalian. Value ini yang akan menjadi pondasi, alih-alih fokus sama bentuk (sikap/perilaku), kalian lebih bisa fokus sama kualitas. Misal, nilainya adalah komitmen dan keterbukaan. Bentuk sikapnya, buatmu adalah dengan menginisiasi perayaan hari jadi tiap bulan sebagai bentuk komitmenmu terhadap relasi kalian. Sedangkan dia, dengan bercerita tentang orang yang mendekatinya atau dengan dia yang selalu ngabari dia berada di mana dan bersama siapa. Itu bentuk komitmen dan keterbukaannya kepadamu.

Yang pertama, menurutku kita perlu mengetahui kebutuhan diri sendiri dulu baru sah itu coba memahami kebutuhan orang lain. Istilah kekinian menyebutnya sebagai our love language. Coba kamu telaah, apa kebutuhanmu dalam relationship. Jujur pada diri sendiri tentang hal-hal yang menjadi kebutuhan utamamu beserta sejauh apa batasan kompromi mu. Sah itu, kamu coba memahami pasanganmu. Apa yang menjadi kebutuhannya dan sejauh mana batasan komprominya. Karena (unfortunately) kita gak bisa mengubah/mengontrol orang lain, kita hanya bisa mengontrol respon diri sendiri.

Hai! Thank you sudah mempercayakanku menjawab pertanyaan yang thoughtful ini. Ada beberapa hal yang aku ingin ajak kamu untuk merenungkan/merefleksikan dulu. Kucoba urai satu persatu ya.