Go Back
Halo Kak Bumi, salam kenal yaa. Selama ini aku jadi silent follower Kakak, dan seneng bgt difollow balik sm kakak hehe. I would like to ask, caranya come in gmn? Thank you kak and have a good day (night)
Submit

Ketiga, aku ingat di masa aku berterima soal aku yg bukan straight. Ada periode di masa SMP ketika setiap malam aku menangis sendirian di kamar. Aku takut Tuhan marah sama aku. Aku takut aku masuk neraka. Ini periode yang menyakitkan dan menakutkan, aku merasa sangat sendirian. Tapi aku terus mencari dan mencari, berpikir dan merenung. Sampai suatu hari, aku ingat itu SMA kelas 3. Aku sedang berjalan dari ruang OSIS menuju kelasku. Aku tiba-tiba mendapat insight, “Aku kan makhluk-Nya, ciptaan-Nya, berarti apa yang aku rasakan juga ciptaan-Nya. Semua orang ingin hidup tenang dan bahagia, dan menjalani kehidupan seperti ini penuh keriuhan dan kecemasan. Jadi kalau aku memilih jalan ini, jalan yg penuh ketidakpastian ini, adalah karena aku gak bisa memilih jalan lain selain ini. Kalau bisa sih aku milih jalan tenang dan damai. Masalahnya aku gak bisa, gak mampu.” Ya sudah, sah itu hatiku jauh lebih tenang. 😊 —Bumi

Hal kedua yg perlu diingat, berterima soal diri artinya berterima atas segala kelebihan dan kekurangan diri. Bukan berarti kita menggunakan ini sebagai alasan untuk jadi ba-ji-ngan ya. Berterima soal kelebihan dan kekurangan diri akan menyadarkan kita untuk bersikap rendah hati. Kita bukan msia sempurna. Tiaptiap dari kita punya kelebihan dan kekurangan. Terima lah itu dengan kerendahhatian. —Bumi

Hai, salam kenal juga. Come in ini bagian dari berterima. Acceptance terhadap diri dan segala hal yg terjadi di luar diri. Proses ini gak pernah berhenti, terus terjadi selama kita hidup. Karena diri ini dan hidup ini akan terus berubah, tidak ada di titik yg sama. Apakah suatu hari nanti aku akan jd straight? Bisa jadi. Kita gak pernah tahu apa yang terjadi di masa depan. Jadi yang pertama perlu diingat adalah Come In bukan proses sekali jadi. Ada proses berkelanjutan. Kita gak akan bisa menemukan satu jawaban absolut. Semuanya serba relatif. Hidup berisi banyak kemungkinan. —Bumi