Go Back
Register
"Bedankt."
Dirga yang bersiap melepaskan lengannya yang saling berkaitan dengan orang asing itu kontan saja menggigil ketika kalimat itu diucapkan tepat di telinganya. Sesi foto bersama yang amat sangat membingungkan ini telah usai. Dirga yang selama pertemuan antara Gusti Sinuhun dengan Residen hanya duduk bersimpuh tidak ikut campur, tiba-tiba saja dipanggil untuk mendekat. Rupanya salah satu anggota rombongan dari Residen menaruh perhatian pada Dirga. Yang tentunya kemudian menimbulkan sebuah tanda tanya besar. Apa yang diinginkan oleh Meneer itu padanya? Ah.
Sebuah foto.
Sebuah foto bersama dengannya.
Tentu saja Dirga semakin bingung. Apalagi Dirga tidak memiliki alasan untuk menolaknya dihadapan Gusti Sinuhun dan para tamu-tamunya yang harus diberikan perlakuan hormat. Dirga bukanlah siapa-siapa, dia hanya seorang abdi dalem Keraton biasa. Bisa dibilang ia paling muda memang, tetapi tidak ada yang spesial dari dirinya. Tidak ada yang mencolok kecuali perawakannya yang terlihat hijau di antara para abdi dalem lain yang sudah berumur.
"Wat is je naam?"
Lagi-lagi pria berkulit putih itu berbicara dekat dengan telinganya. Dirga mampu merasakan hembusan napasnya yang hangat menggelitik daun telinga hingga ia merasa tak nyaman. Tanpa ia sadari, lengannya sedari tadi masih berada dalam ceruk lengan petinggi Belanda ini. Dirga buru-buru menarik tangannya, akan tetapi tidak berhasil karena ditahan oleh cengkeraman erat yang membuat tulangnya berderit. Panik seketika timbul dan menghempasnya keras bagaikan ombak. Tatapan mata hijau yang tajam itu seolah mampu mem Dirga saat itu juga seperti pisau seorang jagal profesional.
"Wat is je naam?" ulang lelaki jangkung itu lagi. Dia agak sedikit merunduk untuk bisa saling bertatap mata dengan Dirga yang jauh lebih pendek darinya.
"D-dirga, Meneer," jawabnya tergagap. Keringat dingin mulai membasahi dahinya. Dirga berusaha untuk tidak fokus kepada manik mata hijau yang seakan mampu menyedot jiwanya itu, namun usahanya sia-sia. Dirga tak mampu mengalihkan perhatian dari wajah orang bule ini yang semakin dekat dengannya. Hidung mereka hampir bersentuhan. Dirga bahkan dapat menghitung jumlah bulu mata keemasan itu dengan mudah. Tapi tentu saja Dirga tidak melakukannya, terlalu panik karena instingnya saat itu juga mengirimkan sinyal bahaya. Pria ini berbahaya.
21663691