Kembali
Daftar
Aku AA. Aku berusia 23 th skrg, msih bergumul dlm skripsi. Selama 1 tahun kebelakang aku hidup dalam kecemasan, rasa bersalah, obsesi, tertekan, pengabaian diri, dan depresi. Ini berawal dr aku memulai hub dgn seseorang dri chat virtual yg beda 14 thn dgn saya. Awal kmi bicara dia begitu baik, dia pendengar yg baik dan kulihat dia terbuka dan tidak macam2. Kami komunikasi melalui telegram awalnya, sbg strangers. Aku saat itu mulai suka bicara dgn strangers walau sulit mendapat teman bicara yg ga ual talking. Dia salah satunya yg normal. namun sebelumnya, saya pastikan bahwa dia single dan mencari tahu dari photo2 yg dia kirimkan ke saya bila ada yg mencurigakan. Suatu hari beberapa hari kami mengobrol, dia mengirim foto dia dengan mug warna biru bertuliskan `his` jadi saya curiga bahwa dia sdh beristri krn usia dia sudah 36. Saya menanyakan hal itu lagi "itu his, kemana her nya? Kamu beneran gapunya kekasih?istri?" Dia bilang "no, i am single. Its just from my friend, as joke gift" saya pun percaya saja krn kan budaya western emg gabisa ketebak. Iya dia dari Belanda. Suatu ketika aku dapat masalah dgn salah satu stranger lain krn kebodohanku dan naif, aku diancam w identitas saya akan terancam di internet dan org itu menghilang. Saya tertekan, panic attack dan cemas berlebih. Saya ga punya teman obrol in rl untuk ku sharing dan minta tolong krn aku malu sekali. Tpi dia (doi) mampu jd pendengarku saat itu, dia memberi diri utk mendengar. Dan karena saya ga pernah bertemu dgn dia saya tidak malu bercerita. Saya pun berharap dia membantu saya melacak si stranger itu. Lalu krn saya gakuat krn saya gabisa temuin si stranger itu saya memutuskan utk menghapus telegram saya permanen utk menghalangi si stranger mengancam saya lagi atau akses info. Tp sebelum saya hapus, saya berpamitan dgn teman2 saya virtual di sana (yg bermoral baik), doi tidak mau kehilangan kontak dgn saya krn dia menyukai saya (sya tahu itu, tp saya gatahu niatnya apa, saya ga berpengalaman dgn laki2), jadi saya menawarkan ig untuk kontak tp dia gapunya, jd saya tawarkan wa (krn saya jga merasa berterimakasih krn dia mau mendengarkan). Kami pindah ke WA. Di situ kami mulai mengobrol lg, di sana mulai lah dia curhat ke saya klo dia jealous krn saya ga milih dia untuk melakukan `hal itu` (sesuatu yg membuat identitas saya terancam) dengan dia. Dia cemburu dan menjelaskannya panjang lebar. Saya tegaskan ke dia, itu kesalahan paling bodoh yg saya lakukan dan saya sebenarnya bukan org yg seperti itu. Tp dia terus mengepreksikan keberatan dia karena saya ga milih dia untuk melakukan `itu` secara virtual dengannya. Saya jelaskan bahwa dia orang baik jadi saya ga mau manfaatkan dia yg saya anggap teman baik dan membuat kesalahan dengannya. Namun sepertinya dia tidak mengerti penjelasan saya tapi mencoba mengerti perasaan tertekan saya saat itu. Dia saat itu berperilaku baik, menghibur saya, dan mengobrol menemani waktu2 kesendirian saya. Namun, saya ga acuhkan sikap dia yg agak sensual untuk seorang stranger saya terus menolak tentu saja dan mencoba mengabaikan. Setiap harinya dia flirting dengan saya, mengepreksikan bahwa dia jatuh cinta dengan saya, memanggil saya baby dan honey, dan dia menyatakan cinta. Dia berperilaku baik, namun ada keanehan dari dia, tapi saya abaikan karena saya belum mengerti keadaannya saat itu. Dia baik dan baik namu agak mesum, tapi karena dia masih sopan saat aku bilang no, maka saya maklumi namun saya agak menjaga jarak karena ketakutan trauma saya. Dia bilang dia akan membuat saya tidak takut lagi dgn trauma saya. Setiap harinya dia mengepreksikan cintanya ke saya dan memberi attention yg banyak serta support dan compliments yg ga saya dapat dari lingkungan saya in rl. Dia menanyakan perasaan saya namun saya mengatakan perasaan saya ke dia hanya sebatas teman dan saya ga lg cari hubungan. Dia keberatan dan patah hati krn itu, w saya hanya menganggapnya teman dan menjebak dia dalam friendzone. Tapi saya saat itu mmg sedang gabisa berpacaran. Saya trauma dgn kepercayaan. Sahnya dia terus love bombing saya, kasih perhatian dan cinta. Lalu saya mulai berpikir untuk mulai hubungan saja dlu, krn saya lihat dia pria yg baik dan bermoral baik. Kami berpacaran. Namun saya jujur ke dia klo saya belum bisa punya cinta yg sama.
18474704