Ternyata benar, kalo suka main sosial media nggak bagus buat kesehatan mental. Kadang suka bandingΒ²in diri sendiri sama yang kita liat di sosial media
18474704
Ajukan
Halo, aku Naufal dari TemanMu. Aku izin buat membalas ceritamu ya.
Sebelumnya, gimana kabarmu hari ini?
Semoga kamu sedang dalam keadaan baik, ya.
Aku paham soal kegelisahanmu terkait media sosial. Di era digital seperti sekarang, informasi mengenai orang lain sepertinya mudah sekali diakses ya?
Kita jadi bisa lihat pencapaian dan kehidupan mereka.
Di sini, kalau boleh, aku bakal ngasih perspektif. Sebuah pisau bisa digunakan untuk keperluan memasak, bisa juga dipakai untuk melukai orang lain. Menurutku, media sosial juga sama. Media sosial hanyalah alat. Yang paling adalah bagaimana menggunakan alat tersebut. Selain bisa digunakan untuk melihat pencapaian orang, kita juga bisa melihat atau mengetahui update mengenai teman teman kita/opportunity karir yang ada di media sosial.
"Temanku masih sehat, dia sekarang rajin olahraga"
"Wah, ternyata ada lowongan kerja di perusahaan X"
Aku bisa paham bahwa ada keinginan untuk menyamai pencapaian orang lain yang kita rasa memuaskan untuk diri kita sendiri. Tapi menurutku, tiap orang memiliki jalan suksesnya masing-masing. Teman kita bisa jadi memang mempublish pencapaian mereka di media sosial. Apakah mereka memposting berapa kali mereka mengalami kegagalan? Atau berapa kali mereka merasa ingin berhenti?
Sepertinya tidak. Biasanya, orang akan melakukan filter terhadap apa yang akan ia unggah ke media sosial.
Semoga kamu bisa segera berdamai dengan apa yang kamu rasakan ya. Apabila kamu masih mau bercerita pada kami, kamu bisa mengunjungi tautan TemanMu di
bit.ly/SapaTemanMu
Salam hangat dari TemanMu